Hanya Butuh Kerja Tiga Tahun TKI di Arab Saudi Ini untuk Bisa Berubah Jadi Pengusaha

Samsul Arifin (kanan) sukses membuka toko bangunan di kampung halamannya, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan

Minimnya lapangan pekerjaan memaksa Samsul Arifin (34), warga Desa Jaddih Kecamatan Socah bertekad menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Meski demikian, pilihan meninggalkan kampung halaman pada 2006 silam dengan menjadi sopir di Riyadh, Arab Saudi bukanlah tujuan terakhirnya.

Sebelum keberangkatannya atau semenjak lulus SMA di tahun 2000, Arif, begitulah ia akrab disapa, kebingungan untuk mendapatkan pekerjaan.

Sementara di kampung halamannya, peluang kerja hanyalah bertani, berkebun, dan berniaga di sekitar pasar.

Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan bekerja sebagai penjaga toko bangunan di Jalan Raya Klobungan, Desa Bilaporah, enam kilometer dari rumahnya.

Di toko kecil milik pamannya, Mustofa itulah, naluri bisnis Arif sedikit demi sedikit mulai tumbuh.

"Sambil bekerja, saya berkhayal untuk menjadi seorang pemilik toko bangunan. Namun dalam hati saya tertawa karena untuk meraihnya tidak mungkin, butuh modal besar," ungkap Arif, Minggu (10/7/2016).
 
Arif sendirian menjaga toko bangunan itu. Kendati demikian, Mustofa menaruh kepercayaan penuh terhadapnya.

Semua transaksi keluar masuk barang dan uang dipercayakan kepada Arif.

Pengalaman berharga selama 6 tahun itu semakin membulatkan tekadnya untuk mendirikan toko bangunan di kampung halamannya.

Namun, kendala modal kembali mengganggu pikirannya menjadi seorang pengusaha.

Keputusan spekulatif lantas ditempuh. Arif memberanikan diri mundur dari pekerjaannya.

Dengan berbekal pengalaman mengemudikan pikap toko, ia memutuskan pergi ke Arab Saudi untuk menjadi sopir.

"Saat itu saya merasa tidak ada pilihan lagi selain berangkat ke Arab. Melalui jasa pemberangkatan resmi, saya tiba di Riyadh pada 2006 dan langsung bekerja sebagai sopir pribadi," kenang anak bungsu dari tiga bersaudara itu.
 
Pesan ibu dan keluarganya selalu melekat di benak Arif setiba di Riyadh.

Terlebih saat itu, ia masih berusia 24 tahun dan belum menikah.

Tujuan utamanya untuk mencari modal usaha bisa saja kandas lantaran kehidupan 'bebas' dan jauh dari pengawasan orang tua.

"Saat itu gaji pokok saya sebagai sopir pribadi sebesar 1.000 Riyal atau Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. Setiap bulan, (gaji) utuh langsung saya transfer ke kakak. Tidak saya kurangi," jelasnya.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, Arif mengandalkan uang makan selama satu bulan sebesar 200 Riyal.

Ia juga berjualan pulsa kepada sesama warga Indonesia yang berada di sana.

Selain itu, dengan mengendari Mercy S600, Lexus LS, atau Hummer milik juragannya, ia dengan leluasa menerima carteran para pendatang dari Indonesia, Pakistan, India, dan Philipina untuk berkeliling Kota Riyadh.
 
"Bos saya seorang pengusaha konstruksi. Setelah mengantar ke kantornya, saya menerima jasa antar turis dan sesama TKI ke Pasar Batha, keliling Riyadh, atau ke rumah-rumah kerabat penumpang. Sekali jalan bisa 20 Riyal bahkan lebih," paparnya.

Rutinitas seperti itu ia jalani selama tiga tahun hingga akhir 2009.

Memasuki tahun 2010, ia mendirikan pondasi toko bangunan dengan modal Rp 90 juta yang diperolehnya dari Riyadh.

Saat bersamaan, Arif juga mempersunting gadis pujaannya, Nurul Hasanah.

Dari penjualan bahan-bahan bangunan dan barang elektrikal, Arif yang sudah dikaruniai dua anak kini mampu meraup rupiah tanpa harus kembali menjadi seorang TKI.

"Alhamdulillah bisa mempekerjakan enam orang. Mobil sudah ada, satu dump truck untuk bisnis sampingan, dan satu pikap untuk operasional toko," ujarnya.

Ia bersyukur selama tiga tahun di Riyadh, dirinya bisa melalui masa-masa sulit karena jauh dari orang tua dan godaan perempuan atau Tenaga Kerja Wanita (TKW). Menurutnya, godaan terbesar seorang TKI hanyalah perempuan.
 
"Kalau sudah terjerumus ke masalah perempuan, seorang TKI bisa gagal meraup Riyal. Pulangnya hanya bisa membawa sarung saja. Tapi informasi baru-baru ini, tidak ada perempuan di sana. Sudah dideportasi karena banyak ilegal," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, seorang TKI lupa pulang karena kehidupan di Arab Saudi mewah.

Mobil ada meski milik juragan, makan roti, daging, dan sandwich yang bisa membuat terlena.

Para TKI di Arab Saudi mayoritas berprofesi sebagai sopir pribadi.

Sementara para TKW lebih memilih pembantu rumah tangga, pelayan restauran, salon kecantikan, dan pelayan di supermarket.

Ia berpesan, kumpulkan rejeki semaksimal mungkin dengan bekerja yang benar di negri orang. Janganlah kembali kembali ke tanah air jika belum sukses.

"Ketika kembali ke Indonesia, mereka tidak punya aktifitas. Bekerja di sini jadi malas karena sudah terbiasa dengan gaji besar dan kehidupan mewah," pungkasnya.


Sumber:tribunnews

1 Response to "Hanya Butuh Kerja Tiga Tahun TKI di Arab Saudi Ini untuk Bisa Berubah Jadi Pengusaha"

  1. Sy tidak tau apa ini cara kebetulan saja atau gimana. Yg jelas sy berani sumpah kalau ada ke bohongan sy sama sekali. Kebetulan saja buka internet dpt nomer ini +6282354640471 Awalnya memang sy takut hubungi nomer trsebut. Setelah baca-baca artikel nya. ada nama Mbah Suro katanya sih.. bisa bantu orang mengatasi semua masalah nya. baik jalan Pesugihan dana hibah maupun melalui anka nomer togel. Setelah sy telpon melalui whatsApp untuk dengar arahan nya. bukan jg larangan agama atau jalan sesat. Tergantung dari keyakinan dan kepercayaan saja. Syukur Alhamdulillah melalui bantuan beliau benar2 sudah terbukti sekarang.

    BalasHapus